"Setelah tender selesai, Dipl.-Ing. Makosch mengajak santap siang bersama. Pada kesempatan tersebut ia menawarkan menjadi karyawan Talbot, melanjutkan program S3 dan dipersiapkan untuk mengganti posisi Dipl.-Ing. Makosch yang dalam 3 tahun mendatang akan memasuki masa pensiun. Setelah saya diskusikan dengan Ainun, kami sepakat untuk tidak menerima tawaran Talbot dan tetap melaksanakan tugas sesuai rencana untuk kelak ikut berperan aktif membangun Indonesia."Habibie & Ainun Hal. 30

Ketika itu Pak Habibie telah selesai mendemonstrasikan rancangan Gerbong Ruang Luas untuk mengangkut beban lebih dari 200 ton tanpa ada masalah. Sebelumnya rancangannya sempat dipandang sinis oleh ahli konstruksi ringan lain di sana, yang tentu saja berkebangsaan Jerman. Namun di sana beliau membuktikan bahwa idenya berhasil, dan tentu saja mengharumkan nama bangsa di sana.


Ketika ditawari pekerjaan tetap di sana, apalagi di negara Jerman, mungkin seorang ilmuwan yang rasa nasionalismenya kecil akan langsung mengiyakan tawaran tersebut, namun tidak dengan ilmuwan yang negarawan macam Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Ditolaknya tawaran tersebut dan lebih membaktikan diri untuk Indonesia, tanah kelahirannya.

Begitu miris ketika anak bangsa yang sudah membuktikan prestasinya di luar negeri, namun tidak mampu berkreasi lebih di negaranya sendiri. Berbagai macam alasan dilontarkan hanya supaya ilmuwan-ilmuwan tersebut tidak berkembang, dan tentu saja dukungan yang minim. Alhasil kita tidak mampu menjadi negara yang mandiri, semuanya serba impor dan mengandalkan tenaga dari luar. Bisa dibilang Indonesia ini negara yang tidak percaya diri. Sendainya saja P.T. Dirgantara tidak ditutup, sudah pasti kita bisa punya pesawat sendiri, Presiden bisa punya pesawat pribadi untuk kepentingan tugas negara. Seandainya Universitas bisa diberi dana lebih untuk penelitian, kita bisa membuat obat-obatan sendiri, tidak perlu mengimpor obat-obatan luar negeri. Yang lebih paham negeri kita ya orang kita sendiri, maka yang harus menggunakan produk-produk dalam negeri yang lebih "paham" kita sendiri.

Suatu pelajaran berharga dari kehidupan seorang B.J. Habibie, ketika di Jerman beliau hidup berdua dengan isrtinya Ainun dengan serba kesederhanaan. Hidup sehari-hari hanya untuk mengurus rumah tangga dan belajar, menyelesaikan pendidikan sehingga kelak bisa berguna untuk negara dan bangsa.

Ya, kita harus menjadi negara yang mandiri. Kita para pemuda harus memaksa pemerintah untuk mandiri, bagaimanapun caranya. Saya adalah pemuda Indonesia yang tidak ingin menjadi budak di negara sendiri, yang kini diperbudak oleh keinginan-keinginan oknum yang hanya ingin memperkaya diri sendiri. Jangan takut untuk bermimpi besar seperti B.J. Habibie.

Saya ceritakan sedikit mimpi saya. Saya hanya ingin Indonesia bisa mandiri di bidang kesehatan. Saat ini industri kesehatan Indonesia tersaingi dengan negara tetangga kita Singapura. Mereka yang berduit banyak memilih berobat ke luar negeri dibandingkan memanfaatkan fasilitas kesehatan di negeri sendiri. Hal yang miris ketika ilmu penyakit tropis kita harus mengadopsi dari negara subtropis atau sedang. Miris ketika kita punya peluang memiliki pabrik vaksin sendiri, tapi vaksin penyakit tropis kita masih mengimpor dari Amerika.

Seorang senior saya semalam bilang bahwa cara mahasiswa sekarang membangun Indonesia adalah dengan berdemo. Salah satu cara supaya tidak merasa berdosa pada sejarah yang telah berusaha membuat perubahan. Demo adalah salah satu cara yang mampu menarik perhatian media massa, supaya mereka tercatat di lembar sejarah bahwa mereka pernah melakukan usaha. Lalu bagaimana dengan mereka mahasiswa yang telah melakukan puluhan riset yang bermanfaat bagi masyarakat. Setiap tahun kita punya inovator-inovator yang karyanya belum diperhatikan pemerintah. Akhirnya mereka diambil pihak asing untuk bekerja pada mereka.

Saatnya berkarya, stop bicara.

1 comments:

Unknown said...

Memang...walaupun saya bukan pemerhati tentang kesehatan dan kedokteran, tapi tetap selalu jengkel dengan tingkah polah kebanyakan orang kaya Indonesia yang gemar berobat ke Singapore dan Malaysia. Kalau dua puluh tahun silam, okelah...berobat kesana...,tapi kalau sekarang, kita ini emangnya masih guoblok dan terus guoblok gituch...lihat kasus si Olga yang tetap saja gak bisa sembuh,pasang ring,sampai demam berdarah...Betul saja kata pepatah,"kuman disebrang tampak,gajah dipelupuk mata tidak "sangat tepat untuk orang kaya di kita ini.Nah...tugas dokter dokter di sini,yg nota bene merupakan ujung tombak dunia kesehatan...untuk tidak bosan bosannya memberi pencerahan kepada masyarakat.Bukannya malah memberi contoh dan menganjurkan berobat kesana...jangan jangan dapat komisi juga...kayak obat...hiyyyyy ngeri dech!!!

Post a Comment