Judul : Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan
Pengarang : Tasaro GK
Penerbit : Bentang
Tebal : 569 halaman





Sebenarnya buku ini udah lama saya beli, langsung saya baca. Entah kenapa ada sesuatu yang menarik dari buku ini, biasanya saya paling benci buku-buku novel tebal (termasuk Harry Potter). Mungkin yang membuat menarik pertama kali adalah desain covernya yang unik, sama sekali tidak menggambarkan tentang Rasulullah, apalagi hujan.

Saya ini seorang yang tidak terlalu mengenal beliau Rasulullah SAW, tapi rasanya malas betul membaca Sirah Nabawi. Tapi kebetulan sekali ada novel karya fiksi ini yang didasarkan pada Sirah Nabawiyah. Yah namanya juga karya fiksi, jadi tetap harus membaca yang benar seperti apa di Sirah Nabawiyah, bisa gawat jadinya kalau hanya mengandalkan pengetahuan dari karya fiksi ini.

Dari segi judul, novel ini cukup menarik, kalo diartikan secara harfiah, hujan itu diumpamakan wahyu dari Allah SWT, kemudian Muhammad dipilih sebagai lelaki perkasa yang akan menggenggam hujan-hujan tersebut. Sungguh pemilihan judul yang tepat.

Kemudian kita tilik isinya, Tasaro memulai novelnya dengan mengisahkan tentang berita-berita akan datangnya Sang Mesias terakhir atau nabi akhir jaman di berbagai belahan dunia dan juga menurut keyakinan-keyakinan tertentu. Misal dia menceritakan sedikit kejadian sebelum Muhammad lahir di berbagai belahan dunia pada bagian pengantar.

Sudut pandang novel ini lebih kepada perjalanan Kashva (nama asli Salman Al-Farizi salah satu sahabat Rasulullah) yang merupakan seorang pendeta ajaran Zardusht di sebuah kuil di Persia. Dia mendapat kabar akan kedatangan seorang lelaki yang disebut-sebut dalam berbagai kitab suci. Setelah terjadi konflik bathin dan juga konflik dengan penguasa Persia, Koshrou, akhirnya Kashva pun melakuan pengembaraan untuk mencari lelaki yang dijanjikan tersebut.

Selain menceritakan tentang Salman Al-Farizi juga diceritakan beberapa kisah di tanah Arab ketika Rasulullah datang, misal tentang perang Uhud, perjanjian Hudaibiyah, hingga hijrahnya Rasulullah ke Yastrib. Salah satu gaya bertutur Tasaro ketika menceritakan Rasulullah adalah gaya seperti sedang menulis surat cinta untuk seorang kekasih. Begitu mendayu-dayu dan memuji Rasulullah lengkap dengan julukan-julukannya seperti Al-Amin dan sebagainya. Nampak seperti Tasaro begitu merindukan sosok seorang Nabi Muhammad SAW.

Dan yang terakhir, untuk keseluruhan penulisan sangat baik, kelihatan bahwa Tasaro adalah seorang penulis ulung yang dapat menceritakan kejadian dengan sederhana dan detail, sangat mudah dipahami. Jadi menurut saya, buku ini highly recommended bagi yang ingin membaca secuil kisah dari Sirah Nabawi dengan rasa baru.

0 comments:

Post a Comment