Belakangan ini saya mulai buka-buka lagi situs
http://www.ted.com. Situs yang menayangkan berbagai presentasi-presentasi menarik seputar ilmu pengetahuan dan tentu saja brand new ideas. Di situ saya menemukan salah satu presentasi yang dibawakan oleh Derek Sivers seorang praktisi teknologi yang bergerak di bidang entertainment. Sebenarnya yang dia presentasikan merupakan pengetahuan yang biasa kita temui di mana saja, apalagi saat pelatihan organisasi. Dia membawakan tentang leadership. Namun yang membuat beda adalah dia berusaha menjelaskan tentang leadership dan movement dalam waktu kurang dari 3 menit!
Saya sudah berkali-kali mengikuti pelatihan tentang organisasi dan juga kepemimpinan. Dan semuanya dibawakan tidak kurang dari 1,5 jam. Kadang itupun dirasa kurang. Namun entah bagaimana caranya Derek membawakannya kurang dari 3 menit, tapi percaya atau tidak, presentasinya memberikan pandangan yang berbeda tentang leadership dan movement.
Derek mengajak kita menonton suatu tayangan. Jujur saja, tayangannya biasa saja, tapi Derek mengklaim kita bisa mengambil pelajaran tentang leadership dan bagaimana membuat suatu pergerakan dari situ. Setting tayangan tersebut sepertinya sedang di pinggir danau, lengkap dengan orang-orang berkumpul di situ. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang bertelanjang dada joget-joget tanpa ada alasan yang jelas, entah karena ada musik atau ada apa. Semua orang akan beranggapan bahwa apa yang dilakukan itu konyol dan useless. Tetapi di luar dugaan, muncul pemuda kedua yang mengikuti tarian aneh si pemuda pertama. Akhirnya muncul dua orang aneh yang membuat gerakan-gerakan useless tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa detik kemudian semua penonton presentasi tercengang, ada lebih banyak orang lagi yang mengikuti gerakan si pemuda yang pertama dan kedua. Akhirnya semua orang yang sedang berkumpul di pinggir danau tersebut ikut menari-nari.
Lantas pelajaran tentang leadership apa yang dapat kita ambil dari tayangan tersebut? Derek menyebutkan ada 3 elemen dan momentum yang penting dalam hal ini. Yang pertama momentum ketika ada "pelopor" tarian aneh muncul di tengah-tengah orang-orang yang sedang duduk-duduk. Si pemuda pertama inilah elemen leadernya atau pemimpin suatu pergerakan. Katanya seorang pemimpin pergerakan akan membawa suatu ide yang berbeda di tengah-tengah publik. Meskipun ide tersebut terkesan konyol dan tidak biasa, seorang pemimpin harus berani malu, demi membawa suatu pergerakan tersebut.
Yang kedua adalah momentum ketika muncul seorang pengikut yang mengikuti gerakan si pemuda pertama tadi. Momen ini adalah saat ketika ide tersebut mulai ada yang tertarik dan bersedia mengikuti ide tersebut. Pemuda yang kedua ini adalah elemen si pengikut pertama atau the first follower yang merupakan titik awal mulai terjadinya suatu pergerakan. Momen ini jangan sampai disia-siakan oleh sang pemimpin, dia harus membuat the first follower ini untuk memahami ide pergerakan yang dia bawa. Maksud, tujuan, dan cara membawakan pergerakan ini harus dipahami betul oleh pengikut pertama tersebut.
Secara otomatis si pengikut pertama yang sudah memahami maksud tujuan pergerakan tersebut akan mengajak teman-temannya termasuk orang lain untuk ikut menari seperti pemuda yang pertama dan kedua. Inilah momentum ketika ide tersebut mulai diterima oleh publik dan terjadi pergerakan yang nyata. Pada saat ini, situasi menjadi terbalik. Orang-orang yang tidak ikut menari akan dianggap aneh dan dipaksa mau tidak mau harus mengikuti pergerakan tersebut. In the end, a movement have been made.
Jadi, makna apa yang terkandung dalam tayangan sekaligus presentasi di atas? Semua orang bisa menjadi pemimpin, pemimpin suatu pergerakan. Hanya saja tergantung bagaimana cara dia mengelola isu yang dibawa dan mengelola the first follower yang dia punya. Intinya adalah 3 elemen dan momentum terjadinya pergerakan tersebut. Semakin kita pahami, semakin kita tahu bagaimana mengawali suatu pergerakan.
Terlepas dari mudahnya teori tersebut, perlu kita ketahui bahwa tidak mudah membawa isu dan juga ide ke tengah-tengah publik, meskipun kita menari-nari konyol seperti pemuda tadi. Masyarakat semakin cerdas, dan pikiran-pikiran kritis namun tak membangun mudah tercipta. Namun itu tadi, seorang pemimpin pergerakan harus berani malu dan dipermalukan atau dikritik macam-macam bahkan kritik yang paling tidak masuk akal sekalipun. Man shabara zafira, asalkan kita teguh terhadap ide yang dibawakan dan tetap sabar, Insya Allah pergerakan yang bermakna akan tercipta.